Para pemimpin Kristen melakukan kunjungan bersama ke gereja yang dibom di Gaza

Israel Izinkan Akses Setelah Peluru Tank ‘Nyasar’ Tewaskan Tiga Orang dan Lukai Pastor Katolik

Israel telah mengizinkan dua pemimpin senior Kristen untuk memasuki Gaza, sebuah akses langka, setelah serangan Israel terhadap satu-satunya gereja Katolik Roma di wilayah Palestina tersebut menewaskan tiga orang.

Pierbattista Pizzaballa, Patriark Katolik Latin Yerusalem, dan rekan sejawatnya dari Gereja Ortodoks Yunani, Theophilos III, memimpin delegasi pada hari Jumat ke Gereja Keluarga Kudus, yang penembakannya sehari sebelumnya memicu kecaman internasional.

Otoritas Israel, yang secara ketat mengontrol akses ke wilayah yang terkepung, mengizinkan kunjungan tersebut setelah Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya “sangat menyesalkan” serangan terhadap gereja tersebut, tempat ratusan warga Palestina, termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas, berlindung.

Perdana Menteri Israel menyalahkan serangan tersebut pada peluru tank yang “nyasar”, tanpa memberikan bukti.

Netanyahu menelepon Paus Leo pada Jumat pagi dan selama percakapan tersebut, Paus Fransiskus menegaskan kembali seruannya untuk “dorongan baru untuk negosiasi, untuk gencatan senjata, dan untuk mengakhiri perang”, kata Vatikan dalam sebuah pernyataan.

Leo juga menyatakan keprihatinannya atas situasi kemanusiaan yang “dramatis” di Gaza dan menekankan kebutuhan mendesak untuk melindungi tempat-tempat ibadah, umat beriman, dan seluruh masyarakat di wilayah Palestina dan Israel, tambah pernyataan tersebut.

Sepuluh orang terluka dalam penembakan tersebut, termasuk Gabriel Romanelli, pastor gereja tersebut, yang biasa menerima telepon harian dari mendiang Paus Fransiskus. Ia menderita luka ringan di kaki kanannya.

Israel melanjutkan serangannya pada Jumat pagi, dengan setidaknya 14 warga Palestina dilaporkan tewas di seluruh Gaza.

Pizzaballa dan Theophilos, yang pekan lalu melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki setelah serangan terhadap sebuah gereja era Bizantium yang dituduhkan dilakukan oleh para pemukim Israel, bertemu dengan umat Kristen setempat.

Saat mereka memasuki daerah kantong tersebut, Pizzaballa menerima telepon dari Leo, yang terpilih sebagai penerus Fransiskus pada bulan Mei.

“Paus Leo berulang kali menyatakan bahwa sudah waktunya untuk menghentikan pembantaian ini, bahwa apa yang telah terjadi tidak dapat dibenarkan, dan bahwa kita harus memastikan tidak ada lagi korban,” ujarnya kepada Vatican News.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Paus Fransiskus menyerukan “gencatan senjata segera” di Gaza dan menyatakan “harapan mendalamnya untuk dialog, rekonsiliasi, dan perdamaian abadi di kawasan tersebut”.

Kepatriarkhan Ortodoks Yunani mengatakan kunjungan tersebut merupakan “ekspresi yang kuat” dari persatuan dan solidaritas gereja. Di antara delegasi tersebut terdapat perwakilan dari lebih dari 20 negara, termasuk Yordania, Rusia, Tiongkok, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada.

Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, mengatakan kelompok tersebut tiba dengan 500 ton bantuan untuk warga sipil setempat.

“Pemerintah Italia mendesak Israel untuk menghentikan aksi militer dan menjamin sepenuhnya keselamatan kedua utusan tersebut dalam misi penting mereka,” kata Tajani.

Baik Italia maupun Prancis menyebut serangan itu “tidak dapat diterima” dan Donald Trump menelepon Netanyahu setelah “tidak ada reaksi positif” setelah mendengarnya, menurut Karoline Leavitt, sekretaris pers presiden AS.

“Israel telah melakukan kesalahan dengan menyerang gereja Katolik itu, itulah yang disampaikan perdana menteri kepada presiden,” ujarnya kepada para wartawan.

Ada sekitar 1.000 umat Kristen di antara populasi Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta jiwa. Sebagian besar beragama Ortodoks Yunani, dengan sekitar 135 umat Katolik, menurut patriarkat Latin.

Militer Israel mengatakan mereka tidak menargetkan gereja dan tempat-tempat keagamaan, tetapi telah mengebom masjid. Patriarkat Yerusalem mengatakan telah terjadi “serangan berulang kali terhadap tempat-tempat suci Kristen di Gaza”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *